Sabtu, 21 Mei 2011

Lebih dari 25 Persen Remaja Alami Cyberbullying

[Internet Sehat] Aksi cyberbullying makin menjadi di jagad maya. Aksi yang marak di kalangan anak muda ini jumlahnya makin meningkat, merujuk pada survey yang dilakukan di Spanyol. Cyberbullying sendiri adalah aksi pelecehan atau mengolok-olok seseorang via internet dan media teknologi lain, baik melalui komentar, foto dan materi lainnya.
Para peneliti dari University of Valencia menggelar survey di 11 sekolah di Valencia, Spanyol pada tahun 2009. Survey tersebut melibatkan 2.101 remaja berusia antara 11-17 tahun, 1.098 di antaranya lak-laki dan 1.003 sisanya ialah perempuan.
Survey ini bukan hanya menunjukkan angka mengenai kasus cyberbullying, namun lebih luas lagi yakni aksi technological bullying yang bukan saja melibatkan internet tapi juga piranti ponsel.
Dari hasil survey, muncul data bahwa 24,6% remaja mengalami kasus bullying via ponsel, sedangkan 29% mengalaminya di internet. Sebagian kasus ini terjadi di tahun pertama sekolah. Oleh karena itu peringatan terhadap para remaja akan aksi ini sangatlah penting karena terkadang mereka sendiri merasa cuek-cuek saja, tidak sadar bahwa aksi ini sebenarnya berdampak negatif pada diri mereka sendiri.
Meskipun kasus cyberbullying adalah kasus sementara bagi para remaja, akan tetapi angkanya cukup signifikan. Hal ini tentu saja tidak boleh dipandang sebelah mata. Studi menunjukkan, para remaja menjadi korban bullying hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Maka perhatikan kegiatan anak-anak Anda, terutama yang berkaitan dengan penggunaan handphone.
Dengan keberadaan handphone yang menjadi bagian dari hidup, ponsel menjadi media yang rawan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa remaja yang berusia antara 12-14 tahun telah memilki beberapa ponsel dan 63% dari mereka tidak pernah mematikannya.
Masih menurut studi tersebut, muncul fakta bahwa jika dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan ternyata lebih sering mengalami bullying. Hal ini termasuk bullying secara verbal, pelanggaran privasi, penyebaran gosip hingga pengucilan. [Internet Sehat] 

Internet Sehat

7,5 Juta Pengguna Facebook Masih di Bawah Umur

Tahukah Anda bahwa jutaan pengguna Facebook ternyata adalah anak-anak di bawah umur yang seharusnya tidak ‘diijinkan’ Facebookan? Mengacu pada survey yang digelar oleh Consumer Reports, dari 20 juta remaja yang aktif Facebook-an, 7,5 juta di antaranya berusia di bawah 13 tahun dan yang berusia di bawah 10 tahun memiliki jumlah sebanyak lebih dari 5 juta anak. Ironisnya, Facebook sendiri mengeluarkan kebijakan bahwa penggunanya haruslah mereka yang berusia 13 tahun ke atas saja.
Studi lainnya yang dilakukan McAfee pada 2010 menemukan bahwa 37 persen anak berusia 10 hingga 12 tahun sudah memakai Facebook. Sementara studi yang dirilis pada bulan April dari London School of Economics EU Kids Online mengungkapkan bahwa 38 persen anak-anak Eropa berusia 9 hingga 12 tahun merupakan pengguna aktif situs jejaring sosial, di mana satu dari lima diantaranya memakai Facebook.
Survey tersebut dan survey-survey yang digelar oleh pihak-pihak lain dengan hasil serupa tentu saja mengundang keprihatinan karena ternyata sebagian besar orang tua tidak terlalu memperhatikan hal ini. Penggunaan Facebook oleh anak-anak tanpa pengawasan dan edukasi yang baik akan membawa anak-anak dan bahkan anggota keluarga lainnya ke risiko keamanan hingga privasi. Masih menurut Consumer Reports, di tahun lalu sebanyak lebih dari 5 juta keluarga di Amerika mengalami kasus-kasus seperti infeksi virus, pencurian identitas dan bullying akibat penggunaan Facebook.
Tak kurang akal pihak Facebook memerangi pembohongan umur yang dilakukan anak-anak saat mendaftar di situs jejaring populer ini meskipun disadari solusinya tidak gampang. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan memakai cookie yang akan mendeteksi tahun kelahiran si pendaftar. Jika diketahui usia mereka di bawah 13 tahun, maka Facebook akan mencegah mereka untuk mendaftar. Facebook juga memakai laporan yang masuk dari user dalam melacak pengguna di bawah umur untuk kemudian menghapus akunnya. Akan tetapi pihak Facebook sendiri serta para ahli mengakui, cara-cara tersebut jauh dari sempurna.
Mengetahui sulitnya mengatasi pembohongan umur para pendaftar Facebook dan mencegah anak-anak di bawah usia 13 tahun untuk tidak memiliki akun, banyak yang menganjurkan bahwa edukasi pada anak-anak adalah langkah pengaman yang tepat. Facebook menganjurkan pada berbagai elemen, dari mulai orang tua, guru hingga penyedia layanan internet untuk berfokus pada hal ini demi keamanan anak-anak. Pembekalan yang matang serta komunikasi yang baik mengenai pemakaian internet dengan sehat pada anak-anak adalah sesuatu yang vital.
Facebook sendiri mengeluarkan kebijakan pelarangan user di bawah 13 tahun untuk tidak memiliki akun atas dasar hukum Children’s Online Privacy Protection Act (COPPA). Hukum tahun 2008 ini meminta situs untuk memiliki parental permission sebelum situs terkait menggunakan data yang disediakan oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun.
Sumber: Cnet
[dew / Internet Sehat]